oleh Wawan Hamzah Arfan
Antologi Puisi Tandem yang digagas Rg Bagus Warsono, Komandan Lumbung Puisi beberapa di antaranya telah terbit, kini menyusul Antologi Puisi Tandem berjudul Jejak Waktu Percakapan Sunyi karya Ngakan Made Kasub Sidan dan Asmariah.
Dua penyair yang berbeda jejak dan waktu dalam berkarya ini ternyata bisa melakukan kolaborasi dalam sebuah percakapan sunyi.
Ngakan Made Kasub Sidan adalah penyair senior asal Bali yang sudah tidak asing lagi di kancah perpuisian tanah air, sejak tahun 1980-an karya-karyanya berupa puisi hadir di berbagai media cetak (seperti surat kabar ataupun majalah) baik terbitan ibu kota maupun daerah. Seingat saya, Ngakan Made Kasub Sidan termasuk salah satu penyair Bali yang produktif dan aktif bersama beberapa penyair Bali, seperti Agoes Andika, Made Aripta Wibawa, Idk Raka Kusuma, Gm Sukawidana, I Made Suantha, Oka Rusmini, dan yang lainnya.
Hingga saat ini Ngakan Made Kasub Sidah masih tetap eksis berkarya, walau sudah 40 tahun lebih berkarya. Ini sebuah prestasi dalam berkarya yang luar biasa.
Sementara Asmariah adalah penyair asal Yogyakarta yang masih dibilang yunior dalam berkarya, namun puisi-puisinya tidak kalah bagus dengan para penyair senior. Ini terbukti seorang Ngakan Made Kasub Sidan mau disunting Asmariah untuk sepakat membuat antologi puisi tandem ini.
Pada kesempatan ini saya tidak akan membahas puisi kedua penyair ini secara khusus, hanya sebatas pengantar saja. Tapi yang pasti, ada yang menarik perhatian saya dari antologi tandem ini, yaitu ada kesamaan isi secara keseluruhan dengan mengangkat tema kesunyian. Padahal kedua penyair ini tinggal di daerah obyek wisata, yang satu tinggal di Bali, dan satunya lagi tinggal di Yogyakarta. Bukankah daerah yang dijadikan obyek wisata pada umumnya penuh keramaian dan hiruk pikuk para wisatawan, tapi mengapa kedua penyair ini malah lebih memilih kesunyian sebagai tema puisi pada umumnya? Sepertinya kedua penyair ini lebih nyaman bersahabat dengan kesunyian, atau mungkin sudah menjadi candu bagi penyair pada umumnya, bahwa kesunyian itu ibarat kekasih yang bisa memberi energi positif bagi inspirasi. Seperti yang diungkapkan Ngakan Made Kasub Sidan:
“Kasih, betapa sunyi itu berkali-kali menyapa angan yang melintas di batas asa, mengiringi titian waktu perjalanan kita. Kita selalu mencoba berguru pada bayang-bayang untuk mengurai cahaya bulan yang jatuh pada cermin yang tak retak, agar pesona pelangi yang menghias asa kita tetap dalam kesetiaan butir-butir embum di pucuk dedaunan. Mari kita kembali dalam narasi doa semesta, untuk menjaga sunyi yang kini samar ditelan lelah usia. ” (Bait ke-1 dalam Narasi Dialog pada Sunyi)
Begitu juga ungkapan Asmariah dalam puisi Serupa Bisik Kekasih:
“Sesekali kemudian, angin mengirim desir
Lembut ke telingaku. Serupa bisik kekasih
Yang disembunyikan palung ketika badai
melintasi perahu dan lalu tumbang.” (bait ke-2).
Dari beberapa antologi puisi tandem yang sudah terbit, Jejak Waktu Percakapan Sunyi adalah antologi puisi tandem yang berisi puisi paling banyak, dengan jumlah 150 puisi, masing-masing 75 puisi karya Ngakan Made Kasub Sidan, dan 75 puisi karya Asmariah. Sungguh luar biasa kedua penyair ini, begitu kompak menata suasana kesunyian dalam sebuah antologi puisi tandem.
Hanya itu yang bisa saya ungkapkan sebagai pengantar ringan atas kehadiran Antologi Puisi Tandem Jejak Waktu Percakapan Sunyi ,karya Ngakan Made Kasub Sidan dan Asmariah.
Ada baiknya kepada para pembaca yang budiman untuk mengapresiasi antologi puisi tandem yang sangat menarik ini. Salam Kreatif!
Juni 2023